Selasa, 04 Desember 2012

PROFIL - Jangan Hanya Diam, Tapi Bergeraklah!



Nama Ahmad Jamaludin atau yang akrab disapa Didin ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Berbekal tekat dan keberanian, siapa sangka salah satu mahasiswa Sastra Jepang 2009 yang dulunya hanya “kesasar” kuliah di Fakultas Ilmu Budaya ini mengawali cita-citanya yang ingin menjadi seorang tokoh yang berpengaruh demi kemajuan dunia dengan mengabdi setulus hati untuk FIB. Lelaki berbadan jangkung ini memang sangat suka dengan dunia politik kampus, namun dengan gayanya yang sedikit “slengekan” dan bicaranya yang “ceplas-ceplos” bersedia mengungkapkan sisi lain dirinya dan berbagi pengalaman selama masa kuliahnya kepada Redaksi Dwimingguan BEM FIB Besatu...

Apa sih alasan Anda memilih jurusan Sastra Jepang di FIB UB ini?
Alasan saya sangat sederhana, kerana tidak ingin kuliah di Bahasa Inggris. Hampir semua saudara saya sudah bekerja di bidang Bahasa Inggris menjadi seorang pengajar. Maka dari itu saya memiliki inisiatif yang berbeda dengan memilih jurusan Sastra Jepang yang pada saat itu kuotanya banyak. Yaa meski dulu sangat ingin kuliah di jurusan Sastra Cina dan Ilmu Politik UB, karena Tuhan ngasih jalannya di sini yaa saya ambil saja kesempatan itu. Hehe..


Apa saja kendala selama kuliah di Sastra Jepang?
Kendala khusus sih tidak ada, dulu saya sering kuliah dengan ngangkot dan jalan kaki dengan penuh perjuangan. Kemudian dalam disiplin ilmu Sastra Jepang ada beberapa mata kuliah yang menuntut kita untuk terus rajin mempelajarinya, seperti Chukyu dan Kanji. Kedua mata kuliah ini memiliki banyak jenis tulisan, jadi harus sering dihafalkan dan ditulis, apalagi waktu saya untuk belajar sangat kurang, maka saya merasa sedikit kesuliatan dengan keruwetan pola-polanya.

Sebagai seorang mahasiswa Sastra Jepang FIB UB, apa saja kontribusi yang telah Anda berikan baik untuk jurusan maupun fakultas?
Yang selama ini bisa saya berikan pertama kali adalah ketika menjadi ketua himaprodi Sastra Jepang 2011. Saat itu saya mengawalinya dengan mengajak teman-teman untuk bergabung di himaprodi Sastra Jepang, berani untuk membangun dan menyatukan teman-teman satu jurusan, karena masih banyak mahasiswa Sastra Jepang yang apatis, sehingga bisa lebih berpartisipasi aktif, minimal berpartisispasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Sastra Jepang. Dengan begitu, saya yakin solidaritas akan terjalin dengan baik di FIB.

Selain berperan aktif di himaprodi Sastra Jepang, apakah Anda juga memutuskan untuk memasuki jenjang kelembagaan yang lebih tinggi lagi?
Ya, pasti. Saya ingin terus mengembangkan diri saya, ingin menjadi orang yang bermanfaat, dimulai dari lingkungan kuliah hingga ke lingkungan masyarakat nantinya. Setelah jadi Kahim, saya terpilih menjadi ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FIB UB 2012.

Apa motivasi Anda menjadi ketua DPM?
Motivasi saya adalah keinginan hati saja, karena melihat DPM tahun lalu masih ada yang harus dibenahi, maka hati saya terketuk untuk masuk DPM dan memperbaiki kekurangan - kekurangan yang ada. Ketika kita melihat ada hal yang salah atau kurang, maka bergerak, masuki dan benahi lah semua kekurangan tersebut. Jangan hanya diam, banyak bicara bahkan lari, tapi perbaiki. Puji Tuhan saya dipercaya untuk memegang tanggung jawab tersebut.

Bagaimana tugas DPM FIB sebenarnya?
Ada tiga tugas utama DPM. Pertama adalah advokasi mahasiswa, yaitu menampung, menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa FIB. Kedua adalah legislasi, yaitu pembuatan peraturan perundang-undangan untuk pemilwa, kelembagaan FIB dan sebagainya. Yang terakhir adalah pengawasan, yaitu mengawasi pergerakan Badan Eksekutif Mahasiswa dan lembaga kegiatan mahasiswa lainnya.

Hasil nyata apa saja yang bisa dirasakan mahasiswa FIB atas kerja DPM selama ini?
Kita bisa lihat hasilnya, yang pertama yaitu adanya undang-undang PKK MABA tentang pengawasan kegiatan PKK MABA tahun ini. Jadi BEM sebagai eksekutor dibantu oleh panitia yang berasal dari berbagai kalangan mahasiswa FIB, kemudian DPM sebagai pihak yang mengawasi langsung hingga berakhirnya kegiatan ospek. Pergerakan yang dilakukan untuk memberikan ospek kepada mahasiswa baru bisa lebih terarah. Selain itu bisa dirasakan bahwa antara Lembaga Kedaulatan Mahasiswa dan unit-unit kegiatan mahasiswa FIB bisa bersatu dan harmonis, tidak saling sikut satu sama lain.

Selain memiliki Lembaga Kegiatan Mahasiswa yang baik, tentunya didukung juga oleh fasilitas yang memadai. Menanggapi perbaikan fasilitas di FIB, bagaimana tanggapan Anda tentang perkembangannya saat ini?
Kita bisa lihat perkembangannya semakin bagus, mulai dari fasilitas gedung baru hingga area parkir. Peningkatan jumlah mahasiswa FIB tiap tahun juga perlu diimbangi dengan fasilitas yang digunakan, jadi adanya pembangunan gedung baru ini sangat memudahkan mahasiswa untuk kuliah. Selain itu, hal mencolok yang bisa kita lihat seperti toilet, bangku duduk depan kelas, tempat sampah dan ruangan untuk LKM juga akan segera terpenuhi dan semakin baik. Terlepas dari itu semua, sebagai mahasiswa kita juga harus menggunakan fasilitas tersebut dengan sebaik mungkin, termasuk menjaga kebersihannya.

Terkait aksi mahasiswa FIB yang menuntut adanya pembongkaran green grass menjadi lahan parkir dan akhirnya tidak bisa dicegah kemarin, bagaimana tanggapan Anda mengenai hal tersebut?
Sebagai mahasiswa yaa kita harus berpikir lebih bijak ketika memutuskan untuk melakukan aksi penolakan yang sebenarnya harus memiliki solusi lain disamping hanya melakukan penuntutan. Memang pengalihfungsian tersebut atas dasar banyaknya kendaraan dan kurangnya lahan parkir, sehingga mau gak mau kita harus merelakan salah satu tempat bahkan maskot kita, yaitu green grass demi kebaikan bersama.

Apa maksud dari penggunaan lahan parkir tersebut yang bersifat sementara?
Menurut sumber yang saya dapatkan, sebenarnya lahan yang akan dijadikan tempat parkir hanya di lapangan bola Fakultas Teknik, jadi akan ada kemungkinan tentang pengembalian green grass sebagaimana fungsinya setelah proyek di lapangan Teknik selesai dalam tempo tiga bulan mendatang dan dibuka menjadi lahan hijau lagi. Ya semoga saja bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Apa pesan khusus dan harapan Anda untuk FIB?
Untuk generasi penerus, semoga bisa lebih berani dan punya tekat untuk maju. Baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Ayo berjuang demi kemajuan FIB, junjung solidaritas di antara mahasiswa FIB, bersatu meski berasal dari berbagai golongan, karena kita adalah satu, Ilmu Budaya.
(rin/fib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  • PK2MABA FIB UB 2013